Riaureport.com, GAZA – Sebuah video viral, yang dirilis saya militer Hamas Brigade al-Qassam, memperlihatkan seorang sandera Israel yang kurus kering sedang menggali kuburnya sendiri di sebuah terowongan di Gaza. Adegan itu membuat Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu marah.
Sandera tersebut, yang digambarkan keluarganya sebagai “kerangka hidup”, bernama Evyatar David. Namun, di sisi lain, sudah 127 warga Palestina mati kelaparan di Gaza akibat blokade kejam Israel. Data Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikutip AP, menyebutkan bahwa dari 154 warga tersebut, 90 di antaranya anak-anak.
PBB telah menyimpulkan bahwa tragedi kelaparan di Gaza adalah “buatan manusia”, yakni akibat kebiadaban Israel dalam mencegah masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza meski rezim Zionis menolak kesimpulan tersebut. Dalam video berdurasi hampir lima menit yang dirilis pada hari Jumat, David terlihat berada di sebuah terowongan dengan langit-langit yang tingginya hampir sama dengan tinggi badannya, mencoret tanggal di kalender, dan menggali kubur.
“Saya belum makan selama beberapa hari berturut-turut,” kata David dalam rekaman video tersebut.
Di tengah video, orang di balik kamera menyerahkan sekaleng kacang kepadanya. “Kaleng ini untuk dua hari,” kata David. “Seluruh kaleng ini untuk dua hari agar saya tidak mati,” ujarnya, seperti dikutip dari AFP, Minggu (3/8/2025). “Kurasa ini kuburan tempat saya akan dikubur. Waktu hampir habis,” imbuh dia.
Keluarga David, yang mengizinkan perilisan video tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Markas Besar Forum Keluarga Sandera: “Kami terpaksa menyaksikan putra dan saudara lelaki kami tercinta, Evyatar David, dengan sengaja dan sinis dibiarkan kelaparan di terowongan Hamas di Gaza—seperti kerangka hidup, dikubur hidup-hidup.”
“Pembuatan kelaparan yang disengaja terhadap putra kami sebagai bagian dari kampanye propaganda adalah salah satu tindakan paling mengerikan yang pernah disaksikan dunia,” imbuh keluarga David, menganggap video itu sebagai propaganda Hamas. Video itu memicu kemarahan PM Netanyahu. “Teroris Hamas sengaja membuat para sandera kami kelaparan, mendokumentasikan mereka dengan cara yang sinis, memalukan, dan jahat,” katanya.
Naftali Fürst, seorang penyintas Holocaust, mengatakan dia menyaksikan gambar-gambar para sandera dengan “berat hati”, membawanya kembali ke beberapa dekade yang lalu. “Saya selamat dari Auschwitz dan Buchenwald. Saya tahu betul kelaparan itu. Di kamp-kamp, kami diberi jatah roti dan sup encer,” katanya.
“Kami sangat lapar, kami bahkan akan makan rumput jika kami bisa menemukannya,” ujarnya. “Saya ingat penghinaan itu—perampasan total martabat manusia. Saya tahu rasa takutnya, terornya,” katanya. Para anggota Parlemen di Capitol Hill, Amerika Serikat, menunjuk perlakuan Hamas terhadap David sebagai pengingat kebiadaban kelompok tersebut dan perannya dalam memperpanjang konflik berdarah di Gaza.
“Teroris Hamas yang didukung Iran telah menyandera orang-orang tak bersalah, membuat mereka kelaparan selama 666 hari,” kata Senator Republik asal Florida, Rick Scott, tentang rekaman video itu. “Lihat saja foto-foto ini—sungguh memilukan. Setiap hari yang berlalu adalah risiko bagi nyawa mereka. Kita tidak bisa berhenti sampai semua sandera pulang dan Hamas dihancurkan,” katanya.
Senator Demokrat asal Pennsylvania, John Fetterman, menceritakan bagaimana dia bertemu dengan keluarga David dan menuntut Hamas membebaskan para sandera. “Saya bahkan tidak bisa membayangkan betapa mengerikannya video ini bagi mereka. Saya terus mendukung keluarga-keluarga ini dan setiap sandera yang tersisa. Hamas: pulangkan jiwa-jiwa malang ini, letakkan senjata, dan akhiri neraka dunia ini di Gaza,” ujar Fetterman menanggapi video tersebut.
Anggota Parlemen dari Partai Republik, Mike Lawler, menyebut gambar tersebut “keji” dan menggarisbawahi peran Hamas dalam memicu krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. “Ini keji. Di mana semua orang yang menuntut Israel mengakhiri perang ini sekarang?” kata Lawler. “Di mana semua orang yang mengecam krisis kemanusiaan sekarang?”
“Satu-satunya entitas yang bertanggung jawab atas kehancuran yang telah menimpa orang Israel dan Palestina yang tidak bersalah adalah Hamas. Titik. Titik.” Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, menyebut gambar-gambar itu “keji” dan “tak tertahankan”. “Neraka sandera harus berakhir,” tulisnya di X pada hari Sabtu.
Israel berada di bawah tekanan yang semakin besar di panggung dunia atas kondisi di Gaza, dengan negara-negara seperti Kanada, Inggris, dan Prancis bergerak untuk mengakui Negara Palestina paling cepat bulan depan. Namun, para pejabat tinggi AS telah berulang kali berusaha meyakinkan sekutu-sekutunya bahwa Hamas-lah yang menghalangi perdamaian.
“Cara tercepat untuk mengakhiri krisis kemanusiaan di Gaza adalah Hamas menyerah dan membebaskan para sandera!!!” tulis Presiden AS Donald Trump di Truth Social. Hamas diyakini masih memiliki 20 sandera hidup dan 30 lainnya tewas. Meskipun demikian, Israel telah bergerak untuk mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke wilayah kantong Palestina yang dilanda perang tersebut, termasuk melalui pengiriman udara, jeda taktis di area-area penting, dan pembukaan rute baru untuk mengalirkan bantuan.
Video kondisi sandera itu merupakan video kedua yang dirilis oleh kelompok perlawanan Palestina minggu ini. Pada hari Kamis, video lainnya menunjukkan sandera Israel, Rom Braslavski, tampak pucat dan lemah saat dia menangis. Keduanya diculik di festival musik Nova saat serangan 7 Oktober 2023 dan termasuk di antara 20 sandera lainnya yang diyakini masih hidup.
“Mereka benar-benar berada di ambang kematian,” kata saudara David, Ilay David, di hadapan ribuan orang di Tel Aviv yang berkumpul dalam demonstrasi mingguan mereka untuk menuntut pembebasan semua sandera dan diakhirinya perang. Dia mendesak Presiden Trump untuk mengamankan pembebasan para sandera “dengan cara apa pun yang diperlukan”.
“Berdiam diri sekarang sama saja dengan terlibat dalam kematian mereka yang lambat dan menyakitkan,” katanya. Sementara itu, utusan khusus AS Steve Witkoff mengatakan kepada keluarga sandera Israel dalam sebuah pertemuan di Tel Aviv Sabtu pagi bahwa dia tidak memiliki kabar tentang kemajuan dalam perundingan dengan Hamas. “Saya mengerti rasa frustrasi Anda. Tapi situasinya rumit. Ada banyak alasan yang tidak bisa saya jelaskan,” ujarnya.
Witkoff menambahkan bahwa akhir perang sudah “sangat dekat”, menurut pernyataan dari Markas Besar Forum Keluarga Sandera. “Kami punya rencana untuk…memulangkan semua orang,” paparnya. “Tidak ada kesepakatan sepotong-sepotong. Itu tidak berhasil. Kami sudah mencoba segalanya,” katanya.
Hamas membantah klaim Witkoff bahwa mereka siap meletakkan senjata, bersumpah untuk tidak melucuti senjata “selama pendudukan oleh Israel masih ada” dan sampai berdirinya Negara Palestina yang berdaulat penuh.
Sumber : SindoNews